Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran [3] : 159)
Tawakal atau tawakkul, merupakan derivasi
dari kata wakkala yang berarti mewakilkana atau memercayakan sesutu
kepada pihak lain, karena dalam perwakilan pastilah ada unsur kepercayaan.
Pemakanaan yang sama juga digunakan untuk tawakal, yaitu mewakilakan sesutu
kepada Allah, atau dalam bahasa lain yaaitu sikap bersandar dan memercayakan
diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Nurcholis Madjid, karena
sifatnya memercayakan diri maka tawakal merupakan implikasi dari iman. Karena
tidak ada tawakal tanpa kepercayaan.
Karena berkaitan dengan iman, tawakal
membutuhkan kelapangan dan kedalaman hati. Dia tidak diungkapkan dengan
kata-kata, tapi dia diresapi dengan rasa yang mendalam. Dalam ajaran Islam,
tawakal adalah ajaran yang sangat ditekankan. Selain daripada bentuk keimanan,
hal ini juga dikarenakan bahanyak hal dalam kehidupan ini yang kadang di luar
jangkauan manusia. Untuk itulah manusia mesti menyerahkannya kepada Sang Maha
Hidup dan Pembuat hidup. Pengakuan ini sejalan dengan kalimah thayibah yang
sering kita ucapkaan, yaitu la haula wala quwwata illa billah, tidak ada
daya dan upaya kecuali dengan bantuan Allah.
Dalam Al-Quran, tawakal berkaitan
dengan bebera hal, yaitu:
1. Tawakal dikaitakan dengan
iman kepada Allah dan kepasrahan kepada-Nya.
2. Tawakal kepada Allah
dilakukan usai mengambil keputusan penting, yang biasanya bersangkutan dengan
kemaslahatan orang banya. (QS. [3] : 159).
3. Tawakal dilakuakan agar
tumbuh keteguhan hati dan keberanian saat menghadapi lawan, agar tumbuh keyakianan
bahwa Allahlah akan melingungi dirinya.
4. Tawakal diperlukan guna
mendukung perdamaian anatar sesama manusia QS. [8] : 41)
5. Tawakal juga merupakan
konsistensi keyakinan manusia bahwa dia akan kembali kepada Allah. (QS. 11 :
123).
6. Twakal kepada Allah karena
memmang Allahlah yang mahahidup yang senantiasa memperhatikan perbuatan
hamba-hamba-Nya.
7. Tawakal jkuga akan menghapus
kekhawatiran kepada pencipta akan kemulian Sang Mahapencipta.
8. Tawakal juga diperlukan unutk
meneguhkan hati seseorrang yang yakin, ikhlas
dan tulusa bahwa dia berada dalam kebenaran.
Tawakal Bukan Pasif
Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa tawakal
sama dengan kepasrahan dengan bentuk kepasifan, tidak melakakukan sesuatu apa
pun. Hal ini tentu tidak bisa dibenarakan. islam mengangjurkan umatnya unutk
berbuat banyak hal yang bermanfaat, baik bagi dirinya maupun orang lain. Islam
membenci orang yang hanya berpangku tangan, tidak melakukan sesuatu.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
عَنْ أَنَسِ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ قَالَ اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ ) رواه الترمذي(
Dari Anas bin Malik ra, ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW.
‘Wahai Rasulullah SAW, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakal, atau aku lepas
ia dan aku bertawakal?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ikatlah kendaraanmu lalu
bertawakallah.” (HR. Tirmidzi)
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Umar r.a., Rasulullah bersabda, “seandainya kalian bena-benar bertawakal
kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka Allah akan memberi kalian
rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya
dalam keadaan kenyang.” Hadis tersebut
menggambarkan orang-orang yang tawakal dengan burung yang pulang sore hari
dengan kondisi yang berbeda dengan saat pagi harinya. Rasulullah
seakan-akan ingin mengatakan bahwa burung pun harus bekerja unutk mencara
nafkah, bagaimana mungkin hal itu tidak dilakukan oleh manusia?
Ada sebuah cerita,
ada dua orang yang berada di dalam goa. Mereka berkeyakinan bahwa di mana pun
dia berada, Allah akan memberinya rezeki. Begitu kemudian setelah beberapa
hari, perbekalan kedua orang tersebut habis. Saat merasa lapar, lalu mereka
berdoa agar Allah memberinya rezeki. Datanglah burung yang membawa makanan dan
meninggalkannya. Namun salah seorang dari mereka tidak mau memakannya hingga
dia terus
merasa kelaparan. Keesokan harinya pun demikian pula, orang tersebut tidak mau
makan lagi. Menurutnya, Allah pasti akan memberi rezeki. Lalau berkata yang
seorang lagi, Allah memberi rezeki, namun jika tanganmu tidak mengambilnya, dia
tidak akan sampai di mulutmu.
Suatu hari, salah
seorang sahabat melintas di dekat masjid, dia melihat seseorang yang sedang
khusuk berdoa. Lama sekali orang tersebut tidak selesaiselesai berdoa. Akhirnya
sahabat tersebut mendekat di belakangnya guna ingin mendengar apa doa orang
tersebut. Ternyata orang tersebut berdoa meminta rezeki yang banyak dari Allah.
Sahabat tersebut merasa kesal, kemudia dia menegus orang tersebut dan
mengatakan bahwa jangan mencari masjid, karena rezeki ada di pasar.
Dari bebrapa kisah di
atas, jelaslah bahw tawakal bukan kepasrahan pasif, dia ada setelah manusia
melaukakan suatu tidakan. Setelah berusaha sekuat mungkin dengan secara
maksimal, baru kemudian kita bertawakal kepada Allah. Jadi tawakal mengiringi
niatan yhang kuat seklaigus kerja keras, fa idza ‘azamta fatawakkal ‘ala
Allah, apabila engkau telah beraazam untuk melakukasn sesuatu, maka
bertawakalllah kepada allah.
0 komentar:
Posting Komentar