Senin, 02 Juli 2012

Tawakal


Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran [3] : 159)

Tawakal atau tawakkul, merupakan derivasi dari kata wakkala yang berarti mewakilkana atau memercayakan sesutu kepada pihak lain, karena dalam perwakilan pastilah ada unsur kepercayaan. Pemakanaan yang sama juga digunakan untuk tawakal, yaitu mewakilakan sesutu kepada Allah, atau dalam bahasa lain yaaitu sikap bersandar dan memercayakan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Nurcholis Madjid, karena sifatnya memercayakan diri maka tawakal merupakan implikasi dari iman. Karena tidak ada tawakal tanpa kepercayaan.

Karena berkaitan dengan iman, tawakal membutuhkan kelapangan dan kedalaman hati. Dia tidak diungkapkan dengan kata-kata, tapi dia diresapi dengan rasa yang mendalam. Dalam ajaran Islam, tawakal adalah ajaran yang sangat ditekankan. Selain daripada bentuk keimanan, hal ini juga dikarenakan bahanyak hal dalam kehidupan ini yang kadang di luar jangkauan manusia. Untuk itulah manusia mesti menyerahkannya kepada Sang Maha Hidup dan Pembuat hidup. Pengakuan ini sejalan dengan kalimah thayibah yang sering kita ucapkaan, yaitu la haula wala quwwata illa billah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan bantuan Allah.
Dalam Al-Quran, tawakal berkaitan dengan bebera hal, yaitu:
1.      Tawakal dikaitakan dengan iman kepada Allah dan kepasrahan kepada-Nya.
2.      Tawakal kepada Allah dilakukan usai mengambil keputusan penting, yang biasanya bersangkutan dengan kemaslahatan orang banya. (QS. [3] : 159).
3.      Tawakal dilakuakan agar tumbuh keteguhan hati dan keberanian saat menghadapi lawan, agar tumbuh keyakianan bahwa Allahlah akan melingungi dirinya.
4.      Tawakal diperlukan guna mendukung perdamaian anatar sesama manusia QS. [8] : 41)
5.      Tawakal juga merupakan konsistensi keyakinan manusia bahwa dia akan kembali kepada Allah. (QS. 11 : 123).
6.      Twakal kepada Allah karena memmang Allahlah yang mahahidup yang senantiasa memperhatikan perbuatan hamba-hamba-Nya.
7.      Tawakal jkuga akan menghapus kekhawatiran kepada pencipta akan kemulian Sang Mahapencipta.
8.      Tawakal juga diperlukan unutk meneguhkan hati seseorrang yang yakin, ikhlas  dan tulusa bahwa dia berada dalam kebenaran.

Tawakal Bukan Pasif
Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa tawakal sama dengan kepasrahan dengan bentuk kepasifan, tidak melakakukan sesuatu apa pun. Hal ini tentu tidak bisa dibenarakan. islam mengangjurkan umatnya unutk berbuat banyak hal yang bermanfaat, baik bagi dirinya maupun orang lain. Islam membenci orang yang hanya berpangku tangan, tidak melakukan sesuatu.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

عَنْ أَنَسِ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ قَالَ اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ  ) رواه الترمذي(
Dari Anas bin Malik ra, ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW. ‘Wahai Rasulullah SAW, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakal, atau aku lepas ia dan aku bertawakal?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakallah.” (HR. Tirmidzi)

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Umar r.a., Rasulullah bersabda, “seandainya kalian bena-benar bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” Hadis tersebut menggambarkan orang-orang yang tawakal dengan burung yang pulang sore hari dengan kondisi yang berbeda dengan saat pagi harinya. Rasulullah seakan-akan ingin mengatakan bahwa burung pun harus bekerja unutk mencara nafkah, bagaimana mungkin hal itu tidak dilakukan oleh manusia?
            Ada sebuah cerita, ada dua orang yang berada di dalam goa. Mereka berkeyakinan bahwa di mana pun dia berada, Allah akan memberinya rezeki. Begitu kemudian setelah beberapa hari, perbekalan kedua orang tersebut habis. Saat merasa lapar, lalu mereka berdoa agar Allah memberinya rezeki. Datanglah burung yang membawa makanan dan meninggalkannya. Namun salah seorang dari mereka tidak mau memakannya hingga dia terus merasa kelaparan. Keesokan harinya pun demikian pula, orang tersebut tidak mau makan lagi. Menurutnya, Allah pasti akan memberi rezeki. Lalau berkata yang seorang lagi, Allah memberi rezeki, namun jika tanganmu tidak mengambilnya, dia tidak akan sampai di mulutmu.
            Suatu hari, salah seorang sahabat melintas di dekat masjid, dia melihat seseorang yang sedang khusuk berdoa. Lama sekali orang tersebut tidak selesaiselesai berdoa. Akhirnya sahabat tersebut mendekat di belakangnya guna ingin mendengar apa doa orang tersebut. Ternyata orang tersebut berdoa meminta rezeki yang banyak dari Allah. Sahabat tersebut merasa kesal, kemudia dia menegus orang tersebut dan mengatakan bahwa jangan mencari masjid, karena rezeki ada di pasar.
            Dari bebrapa kisah di atas, jelaslah bahw tawakal bukan kepasrahan pasif, dia ada setelah manusia melaukakan suatu tidakan. Setelah berusaha sekuat mungkin dengan secara maksimal, baru kemudian kita bertawakal kepada Allah. Jadi tawakal mengiringi niatan yhang kuat seklaigus kerja keras, fa idza ‘azamta fatawakkal ‘ala Allah, apabila engkau telah beraazam untuk melakukasn sesuatu, maka bertawakalllah kepada allah.

0 komentar:

Posting Komentar